Brosur
Call Us
Tanam 99, 100% Mudah Pasca Panennya
0 views

Sudah menjadi kebiasaan petani di Indonesia, dalam membudidayakan suatu komoditi tanaman lebih fokus pada teknis budidaya, mulai dari tanam hingga panen. Begitu produksi sudah optimal, maka usaha budidaya tanamannya dianggap sudah selesai.

Sementara aspek pascapanen yang juga sangat menentukan kualitas dan juga nilai jual hasil panen kurang mendapat perhatian, bahkan justru kerap diabaikan. Padahal pengabaian penanganan pascapanen itu bisa mendatangkan kerugian pendapatan yang cukup besar bagi petani.

Akibat penanganan pasca panen yang kurang baik, maka kualitas dan harga jual hasil panen menjadi lebih rendah, ujungnya pendapatan petani sendiri menjadi kurang maksimal, atau bahkan menurun.

Terdapat beberapa hal yang bisa menjadi penyebab rendahnya kesadaran penangan pascapanen yang baik. Misalnya, waktu panen yang kurang tepat, cara panen, dan atau keterbatasan fasilitas yang dimiliki petani sendiri. Di samping itu juga terkait kebiasaan petani yang tidak terbiasa dengan hal tersebut.

Lantaran kerap diabaikan dan dianggap sebagai masalah biasa yang tidak perlu mendapat perhatian khusus, maka kerugian yang sejatinya disebabkan oleh penanganan pascapanen yang kurang tepat, sering disimpulkan sebagai akibat dari kurang bagusnya varietas jagung yang ditanam.

Melihat kondisi semacam ini, PT. BISI International, Tbk. telah merilis sebuah varietas jagung yang sesuai dengan kebiasaan petani di Indonesia. Benih jagung itu adalah jagung super hibrida BISI 99, yang memberikan kemudahan bagi petani dalam penanganan pascapanennya.

Mudah Penanganan Pasca Panen

Ciri jagung yang mudah dalam penanganan pascapanen antara lain, pertama adalah rendahnya kadar air saat masak fisiologi. Hal itu dicirikan dengan tongkol jagungnya yang kering dari dalam, yakni biji jagung sudah keras walaupun klobotnya masih hijau. Jagung yang memiliki karakteristik seperti itu, saat klobotnya mulai mengering di umur 95-100 HST, bijinya sudah lebih keras dengan kadar air berkisar 30-35 %.

Jagung BISI 99 memiliki sifat yang seperti itu, sehingga apabila dipanen pada umur 105 hari dan tidak segera digiling, karena keterbatasan alat penggiling misalnya, serta dibiarkan tersimpan di dalam karung dalam bentuk glondongan hingga beberapa hari, biji jagungnya tidak rusak dan tidak mudah terkena toksin. Toksin (aflatoksin) merupakan jamur pada jagung yang menghasilkan racun, sehingga biji jagungnya tidak layak untuk dijadikan bahan pakan.

Selain berkadar air rendah saat panen, bobot biji jagung BISI 99 juga tidak banyak mengalami penyusutan saat dikeringkan untuk mencapai kadar air ideal. Angka susutnya kurang dari 12%. Sementara varietas lain rata-rata penyusutannya bisa mencapai 30%. Dengan demikian, hasil akhir yang diperoleh petani bisa tetap tinggi.

Kedua, BISI 99 memiliki ketahanan yang baik terhadap serangan penyakit busuk tongkol akibat infeksi jamur, disamping juga tahan terhadap penyakit bulai dan karat daun. Hal itu bisa dilihat dari warna bijinya yang merah cerah, bersih tanpa noda bercak kecoklatan atau putih saat menjelang panen atau saat berumur lebih dari 100 HST.

Selain itu, mudahnya penanganan pascapanen BISI 99 juga bisa dilihat dari tongkolnya yang mudah dipetik saat masa panen, tidak liat atau ulet istilah jawanya.

Dengan kedua keunggulan tersebut, BISI 99 sangat memudahkan petani untuk mewujudkan produksi jagung yang berkualitas, sehingga pada saat jagung dipanen dan kemudian dibawa ke pabrik akan lebih mudah diterima karena lebih berkualitas dan memenuhi standar baku yang ditetapkan industri pakan. Dan tentunya, petani juga akan mendapatkan harga jual panenan yang lebih bagus, sehingga dompet petani pun juga akan semakin tebal. (Haris Sukamto)

Bagikan :     facebook      twitter        
Copyright @ MD|BISI 2020