Dalam dunia peternakan, khususnya ternak ruminansia atau ternak hewan pemamah biak seperti sapi, istilah silase sudah bukan hal yang asing lagi. Silase, atau hijauan makanan ternak (HMT) yang diawetkan melalui proses fermentasi, menjadi solusi bagi para peternak saat sumber hijauan segar sulit didapat, seperti saat musim kemarau.
Untuk kebutuhan silase, tanaman jagung dipanen saat tongkolnya masih muda, sekitar umur 85 hari setelah tanam, dan semua bagian tanaman, mulai dari batang, tongkol, hingga daun, dipanen. Tidak ada yang terbuang.
Sederhananya, tanaman jagung yang telah dipanen dari lahan selanjutnya dicacah atau dipotong kecil-kecil dan kemudian difermentasikan dalam wadah atau ruangan tertutup selama beberapa hari hingga stabil. Hasilnya, pakan ternak yang berenergi tinggi, kaya nutrisi, dan mudah dicerna oleh ternak, serta lebih tahan simpan.
Jagung hibrida super BISI 18 menjadi salah satu varietas jagung yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku silase tersebut. Seperti yang sudah dilakukan oleh PT Sarana Investasi Pratama (PT SIP). Dengan menerapkan konsep perkebunan jagung modern, PT SIP menanam BISI 18 untuk kebutuhan silase di lahan seluas 100 hektar di Kecamatan Cikaum, Subang, Jawa Barat.
Sebagai perkebunan jagung modern, keseluruhan prosesnya dengan menggunakan mekanisasi modern. Seperti teknik pengairannya yang menggunakan sprinkle sistem pivot. Dimana panjang satu pivotnya mencapai 400 m, dan dapat bergerak mengelilingi areal penanaman jagung seperti putaran jarum jam seluas kurang lebih 50 hektar.
Selain itu, mesin panen yang digunakan juga berbeda. Lantaran untuk kebutuhan silase, maka mesin panennya dipilih yang bisa memanen tanaman jagung dengan hasil berupa potongan kecil-kecil atau sudah berupa cacahan. Hasil panen itu pun langsung di dimasukkan ke dalam truk pengangkut yang berjalan beriringan di samping mesin panen.
Dari luasan 100 ha tersebut, tanaman jagung BISI 18 yang ditanam memiliki umur yang berbeda-beda, mulai dari umur 7 hari hingga 85 HST. Dengan demikian, setiap harinya PT SIP bisa melakukan panen silase, minimal satu hektar per harinya.
41 Ton Per Hektar
Konsep perkebunan jagung modern itu pun menarik perhatian Bupati Subang, H. Ruhimat, atau biasa dipanggil Kang Jimat. Dengan didampingi sejumlah pejabat pemda terkait, Kang Jimat meninjau langsung lokasi penanaman di Cikaum (13/11/2020).
Mekanisasi pertanian modern yang sudah diimplementasikan oleh PT SIP itu menurut Kang Jimat layak dijadikan contoh. Ia berharap, dengan konsep pertanian modern tersebut dapat meningkatkan efisiensi kerja sekaligus mendongkrak pendapatan dan keuntungan para petani.
Sementara itu, jagung hibrida super BISI 18 yang ditanam dengan jarak tanam 85 x 20 cm (dua benih per lubang tanam), populasinya mencapai 11.700 tanaman per hektar. Dengan populasi sebanyak itu, panenan silase BISI 18 rata-rata mencapai 41 ton per hektar.
“Hingga saat ini proses panen terus berlangsung. Dari total 100 hektar, saat ini baru terpanen sekitar empat hektar. Dan rata-rata panenan silase BISI 18 sekitar 41 ton per hektar,” ujar Maman Suherman, Market Development Field Crop PT BISI International, Tbk. area Jawa Barat. (Maman Suherman/AT)