Abdul Kholiq memang baru pertama kalinya menanam Intani 602. Dengan kata lain, ini pengalaman pertamanya menanam padi hibrida produksi PT BISI International, Tbk. itu. Biasanya, saat menanam padi, ia hanya menggunakan padi biasa, bukan varietas hibrida.
Meskipun baru pertama kalinya tanam, petani asal Desa Mojokrapak, Tembelang, Jombang, Jawa Timur itu menyebut budidaya padi hibrida, khususnya Intani 602, sangat mudah. “Tidak susah. Ini cara tanam dan perawatannya saya samakan dengan padi-padi lokal (padi biasa) yang biasa saya tanam,” terang Kholiq yang juga menjadi petani mitra produksi benih PT BISI International, Tbk. itu.
Di lahan sawah seluas 370 ru atau sekitar 0,51 ha, Kholiq menanam Intani 602 sebanyak 10 kg. “Benihnya jauh lebih hemat dibanding padi lokal. Untuk lahan seluas hampir 400 ru ini hanya butuh 10 kg benih. Padahal biasanya kalau tanam padi lokal per 100 ru saja benihnya sebanyak 7-8 kilogram (28-32 kg/400 ru),” jelasnya.
Menurut Kholiq, ia memang hanya menanam 2 bibit padi per lubang tanam, sesuai anjuran penanaman Intani 602. Sehingga, kebutuhan benihnya pun bisa jauh lebih hemat. Jarak tanamnya juga yang biasa diterapkan pada padi biasa, yaitu 25 x 25 cm.
“Dengan hanya dua bibit per lubang tanam, jumlah anakannya bisa lebih banyak. Rata-rata 25 anakan per rumpun,” terangnya.
Hasil lebih banyak
Bagi Kholiq, selain mudah tanamnya, Intani 602 juga memiliki vigor tanaman yang lebih kuat dan bagus. “Tanaman (Intani 602) saya ini kan tanamnya terlambat. Tapi pertumbuhannya sudah bisa menyamai tanaman padi lokal. Banyak tetangga kanan kiri yang tanya, kok cepet? Mulai umur 30 hari itu sudah sangat jelas berbeda pertumbuhannya. Kelihatan lebih cepat dan anakannya muncul sangat banyak,” ujarnya.
Tidak hanya anakannya yang banyak, menurut Kholiq, malai Intani 602 juga lebih panjang dengan jumlah bulir yang lebih banyak dibanding padi biasa. “Per malainya rata-rata 280 bulir, dan itu bulir isi semua, bukan bulir hampa. Kalau padi lokal rata-rata hanya 180 bulir,” katanya.
Alhasil, Kholiq pun bisa mendapatkan hasil panen yang lebih banyak dari padi yang biasa ia tanam. Dipanen di usia 95 HST, dari lahan seluas 0,51 ha itu, ia bisa mendapatkan hasil sebanyak 3,7 ton gabah kering panen (GKP), atau setara 7,2 ton GKP per hektar.
hasil tersebut 30% lebih tinggi dibanding hasil panen padi biasa. “Biasanya, tiap 100 ru padi biasa dapatnya sekitar 7-8 kuintal GKP (sekitar 5,6 ton GKP per hektar),” jelasnya.
Meskipun harga benihnya lebih mahal dari padi biasa, kata Kholiq, hal itu tidak menjadi masalah. Pasalnya, hasil yang bisa didapatkannya jauh lebih banyak. Dari lahan seluas 370 ru (0,51 ha) itu, dengan harga gabah Rp5.000/kg, total ia mendapatkan hasil Rp18,5 juta, atau Rp4 juta lebih banyak dari hasil padi biasa untuk luasan lahan yang sama.
Jika dikonversikan ke satuan hektar, pendapatan hasil panen Intani 602 milik Kholiq tersebut mencapai Rp36 juta, atau Rp8 juta lebih banyak dari hasil padi biasa. Dengan selisih hasil sebanyak itu, harga benih yang lebih mahal tidak lagi menjadi persoalan.
“Tiap hektar lahan biaya benih padi hibrida Intani 602 sekitar Rp1,7 juta. Sementara padi biasa sekitar Rp375 ribu, atau Rp1,3 juta lebih banyak. Tapi dengan selisih hasil yang jauh lebih banyak, saya rasa harga benih yang lebih mahal itu bukan lagi hal yang berat bagi petani,” ujar Triono, Direktur PT BISI International, Tbk..
Hal itu juga diakui Kholiq. Harga benih yang lebih mahal tidak jadi masalah bagi dirinya. “Karena hasil panennya memang nyata lebih banyak dan kebutuhan benihnya juga minim (irit) sekali,” katanya.
Yang menarik, lanjutnya, meskipun sudah siap panen, daun bendera Intani 602 masih tetap hijau. “Tidak ada yang kering, dan tampak sehat semua. Pokoke nyenengne (pokoknya menyenangkan-red.),” ucapnya.
Tahan penyakit dan tahan roboh
Selain lebih banyak hasilnya, padi hibrida Intani 602 juga lebih tahan penyakit, terutama penyakit blas, hawar daun bakteri, dan virus kerdil rumput ataupun kerdil hampa. Hal itu dibuktikan sendiri oleh Kholiq. Dari awal tanam hingga akhir panen, tanamannya tidak ada mengalami masalah serangan hama penyakit.
“Aman. Tidak ada serangan penyakit ataupun hama. (Hama) penggerek yang biasanya menyerang juga tidak ada,” ujar Kholiq.
Di samping itu, lanjutnya, tanamannya juga lebih kokoh dan tahan roboh. “Kemarin itu angin kencang sekali. Tanaman padi yang sebelah utara (padi biasa) sudah banyak yang roboh. Saya sempat khawatir Intani 602 milik saya ini juga roboh. Ternyata tidak ada yang roboh,” terangnya.
Selama pertumbuhannya, Kholiq melakukan pemupukan seperti yang biasa dia lakukan saat tanam padi biasa. Hanya saja, ia menambahkan paket BOOM Padi yang diberikan saat tanamannya berumur 20 HST dan 35 HST.
BOOM Padi adalah paket pupuk dan pestisida khusus untuk tanaman padi. Paket tersebut terdiri dari: pupuk majemuk Multi Padi, fungisida Recor Plus 300EC, ZPT Bigest 40EC, dan perekat perata Besmor Padi 600SL.
Dengan aplikasi paket BOOM Padi, bisa meledakkan produksi padi dan meningkatkan kualitas hasil panen. Tanam padi hibrida Intani 602 pun menjadi lebih mudah. (AT)