Salah satu manfaat tanaman jagung adalah sebagai bahan hijauan pakan ternak ruminansia. Lantas, apa untungnya jika petani jagung menanam varietas BISI 228 untuk dipanen muda untuk hijauan pakan ternak?
Tidak semua petani jagung memanen tanamannya pada usia tua untuk dijadikan jagung pipil kering. Di beberapa wilayah, mereka memilih memanen lebih dini tanamannya untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku hijauan pakan ternak.
Tentunya tidak semua varietas jagung bisa cocok dan menguntungkan untuk dipanen muda. Seperti varietas jagung super hibrida BISI 228. Dengan keunggulan karakter yang dibawanya, jagung produksi PT BISI International, Tbk. itu memberi nilai tambah tersendiri bagi para petani.
“Bukan hanya bagus dipanen tua, dipanen usia muda pun BISI 228 juga menguntungkan,” ujar Doddy Wiratmoko, Manager Pengembangan Produk Benih Jagung dan Padi PT BISI.
Lantas, apa untungnya kalau BISI 228 dipanen muda sebagai bahan baku hijauan pakan ternak (silase)? Menurut Doddy, jagung hibrida baru ini memiliki karakter batang tanaman yang lebih besar dan kokoh. Tanamannya juga tinggi dengan daun yang lebar dan hijau.
“Dengan karakter tanaman seperti itu maka biomassa yang bisa didapat dari semua bagian tanaman menjadi lebih banyak. Sehingga bisa menjadi nilai lebih saat dipanen muda untuk bahan baku hijauan pakan,” ujar Doddy.
Hal itu juga dibenarkan oleh Hafid, petani asal Kelurahan Mayangan, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo yang juga menjadi suplier hijauan jagung PT Santosa Agrindo (Santori), salah satu perusahaan peternakan sapi di Probolinggo. Menurutnya, tanaman jagung BISI 228 sangat sesuai untuk dipanen tebon alias panen muda untuk kebutuhan bahan baku silase.
“Ini yang paling cocok untuk pabrik,” ujar Hafid saat melihat performa tanaman BISI 228 di lahan salah seorang petani di Probolinggo.
Hal utama yang menurut Hafid paling sesuai dari BISI 228 untuk bahan baku silase adalah tampilan tanamannya yang sangat meyakinkan dan seragam. “Tanamannya tinggi, batangnya besar, sehat, dan tongkolnya juga besar, sesuai dengan yang disyaratkan pabrik. Pedagang sendiri juga lebih senang dengan jagung seperti BISI 228 ini,” ujarnya.
Selain besar, kata Hafid, tongkol BISI 228 juga memiliki karakter rasa yang manis meskipun bukan jagung manis. “Klobotnya kan memiliki semacam daun kecil di bagian ujungnya. Ini biasanya menandakan kalau rasa jagungnya lebih manis. Jadi selain bisa dipanen untuk tebon, tongkolnya juga layak jual untuk jagung bakar atau jagung rebus,” terangnya.
Dihargai lebih tinggi
Menurut Hafid, kebutuhan tanaman jagung untuk bahan baku silase cukup banyak. Di saat ternak sapi di Santori penuh, dalam artian belum ada yang dipotong, kebutuhan hijauan tanaman jagung bisa mencapai 100 ton lebih.
“Kalau pas sapinya banyak, per hari bisa 22 truk. Satu truk itu sekitar 5 ton. Jadi bisa dihitung berapa kebutuhan pabrik per harinya. Saya sendiri per hari bisa sampai 3 truk,” terang Hafid.
Untuk memenuhi kebutuhan pabrik, Hafid “berburu” tanaman jagung di sekitaran Probolinggo, Pasuruan, hingga Situbondo. “Saya juga punya chanel di Besuki, Situbondo,” ujarnya.
Mendapatkan tanaman jagung yang ideal diakui Hafid tidaklah mudah. Di samping petani sendiri terkadang tidak selalu mau tanaman jagungnya dibeli saat muda, varietas jagung dengan tipikal tanaman yang kecil masih banyak ditanam petani.
“Kalau tanamannya kecil saya juga susah, perlu lebih banyak tanaman jagung untuk memenuhi kebutuhan pabrik. Makanya begitu tau tanaman BISI 228 bagus seperti ini saya sangat senang, karena pabrik juga pasti suka. Seperti ini yang dicari. Harganya juga berbeda, lebih mahal,” terang Hafid.
Menurut Hafid, dengan karakter yang dimiliki BISI 228, ia berani beli Rp9 juta per ereng (3.500 m2). “Karena setiap kali saya beli jagung tebon, yang saya lihat adalah batangnya. Kalau batangnya besar seperti BISI 228 ini, maka tongkolnya juga pasti besar. Jagung yang seperti ini, satu ereng saya beli Rp9 juta,” ujarnya.
Melihat performa BISI 228 tersebut, Hafid sendiri juga langsung tertarik untuk menanam sendiri di lahannya. Di samping membeli dari petani, Hafid juga menanam sendiri tanaman jagung di lahan seluas 3 ha yang dia sewa.
“Karena saya tanam sendiri khusus untuk panen tebon, maka satu ereng itu saya tanami 12 kilogram benih. Kalau petani kan rata-rata satu ereng benihnya 9 kilogram. Saya lebih rapat lagi tanamnya. Melihat tanamannya yang bagus, besar-besar, tahan bulai, dan harga benihnya juga lebih murah, saya akan tanam sendiri BISI 228 di lahan saya. Karena sudah pasti lebih menguntungkan,” katanya.
Sumber : Abdi Tani