Perkembangan jagung hibrida super BISI 99 di pintu gerbang Sumatera masih mendapat respon yang baik dari berbagai kalangan, baik itu petani, pedagang, maupun pabrik pakan. Di kalangan petani, jagung produksi PT BISI International, Tbk. itu diminati utamanya karena lebih tahan penyakit, yaitu: bulai, bercak daun, hawar daun, dan karat daun. Sementara bagi pedagang dan pabrik pakan ternak, jagung tersebut disukai karena hasil panennya memiliki kadar air yang rendah dan berkualitas.
Seperti yang disampaikan oleh Darman, petani jagung dari Desa Kerawangsari, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, Lampung. Meskipun baru pertama kalinya menanam BISI 99, ia dengan mantap akan kembali menanamnya di musim tanam berikutnya. Ketahanan terhadap penyakit menjadi alasan utamanya.
Menurut Darman, jagung tersebut memiliki performa yang lebih bagus, terutama dalam hal ketahanan terhadap serangan penyakit yang dipicu oleh jamur, seperti bulai dan hawar daun. Pengalaman tanam perdana menjadi pembuktian baginya terkait performa BISI 99 dari awal tanam hingga panen.
Sementara bagi Hendra, petani jagung yang juga dari Desa Kerawangsari, selain terbukti tahan terhadap penyakit bulai dan hawar daun, BISI 99 juga terbukti aman dari serangan penyakit mati gadis yang banyak menyerang pada pertanaman jagung yang berumur 60-75 HST. Pada tanaman jagung yang tidak tahan, tanaman akan mati lebih dini pada rentang waktu tersebut. Sehingga tanaman gagal berbuah yang berarti petani akan gagal panen.
Menurut Hendra, dengan ketahanan yang bagus terhadap serangan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri itu, maka BISI 99 menjadi salah satu alternatif pilihan yang lebih baik bagi petani di Natar dalam bercocok tanam jagung.
Biji Merah Cerah
Lantaran lebih tahan penyakit yang dipicu oleh jamur, maka hal itu berdampak pada kualitas hasil panen. Warna biji BISI 99 menjadi lebih bersih dengan warna merah cerah. Dalam kajian teknisnya, biji jagung dengan tipikal seperti itu biasanya memiliki kadar air yang cukup rendah pada saat panen. Dengan demikian resiko biji jagung terkontaminasi toksin menjadi lebih rendah karena kondisi biji yang sudah cukup kering setelah dipanen.
Hal itulah yang menjadikan hasil panen BISI 99 disukai pedagang dan pabrik pakan ternak. Dengan hanya melihat dan memegang tongkol yang dipanen petani, para pedagang di Natar bisa memastikan bagaimana kualitas dan kadar air biji jagung BISI 99. Pedagang memastikan, sesaat setelah dipanen kadar air bijinya sudah di bawah 30%, atau sekitar 28%. Sehingga memudahkan pengelolaan pascapanennya sebelum dikirim ke pabrik pakan ternak.
Menurut Darman, warna biji yang merah cerah juga menandakan bahwa jagung tersebut memiliki rendemen yang tinggi. Jagung BISI 99 miliknya yang dipanen pada umur 103 HST memiliki rendemen 82%. Hal itu didasarkan pada hasil pengambilan sampel 2 kg jagung gelondong yang setelah dipipil dihasilkan 1,64 kg pipilan kering panen.
Merah, cerah, dan bersih, itulah BISI 99. Mutiara kuning, sang pemikat hati. (M. Haris Sukamto)