Sudah dua musim ini Haji Ali Imron menanam jagung hibrida super BISI 321 “Simetal”. Musim pertamanya saat kemarau tahun lalu dan yang kedua saat musim hujan tahun ini. Dua musim berbeda dilewatinya dengan hasil yang membuatnya sangat puas.
“Hasilnya luar biasa. Kemarau maupun hujan hasilnya tetap paling bagus dibanding jagung lain yang biasa saya tanam,” ujarnya saat ditemui di rumahnya yang ada di Desa Sumurmati, Sumberasih, Probolinggo, Jawa Timur.
Menurut Haji Ali, saat kemarau, dari satu kilogram benih Simetal, ia bisa mendapatkan hasil pipilan kering sebanyak enam kuintal.
“Semuanya unggul. Daya tumbuhnya bagus, selepannya juga bagus dan bersih, mudah dipipil. Saat dijemur juga cepat keringnya,” terang Haji Ali.
Tidak berbeda jauh saat ia menanam Simetal di musim hujan. Dari 14 kilogram benih yang ditanam, Haji Ali bisa mendapatkan 8,2 ton pipil kering. “Padahal itu kurang terawat. Sementara jagung lain yang lebih terawat, hasilnya hanya 6 ton (pipil kering). Ini memang jagung milenial, jagung yang memudahkan petani jagung. Jagung yang paling mengerti petani, “ tambahnya.
Sementara itu, Buari, petani jagung di Desa Mentor, Sumberasih, Probolinggo, juga menyampaikan hal yang sama terkait jagung Simetal yang ditanamnya. “Sejak awal tumbuh tanamannya sudah sangat menyenangkan, tampak subur sekali. Tak melarat rabetenna (tidak sulit perawatannya-red.),” ucapnya.
Buari sudah dua kalinya tanam Simetal. Dengan jarak tanam lebih rapat, 60×20 cm, dan tiap lubang tanam hanya berisi satu benih, menurutnya sejak awal pertumbuhan sudah bagus. “Aman dari penyakit bulai. (Penyakit) busuk batang juga tidak ada,” jelasnya.
Menurut Buari, hasil panen Simetal juga disukai pedagang. Karena, mudah keringnya, bobot, dan mudah dipipil. “Ditanam di luar musim (musim hujan-red.) hasilnya juga tetap bagus. Dari sebelas kilogram benih yang saya tanam, ditebas pedagang Rp16,5 juta. Biaya tanamnya sekitar Rp6 juta,” katanya.
Pokoke Simetal
Mustaqim, petani jagung di Desa Coban Blimbing, Wonorejo, Pasuruan, Jawa Timur sudah tiga kalinya tanam Simetal. Meskipun dua kali panenan terkena musibah angin kencang hingga merobohkan jagungnya yang siap dipanen, ia tetap kembali menanamnya.
“Karena memang bagus. Umurnya lebih pendek, ketahanan penyakitnya lebih kuat. Anti bulai,” terangnya.
Kali ini, Simetal miliknya berhasil dipanen tanpa roboh. Di umur 105 hari setelah tanam. Lima hari lebih cepat dari jagung lain yang biasa ia tanam.
“Jagungnya lebih bobot, rendemennya lebih tinggi, di atas 80 persen. Rata-rata dari sekilo benih itu bisa dapat lima kuintal pipil kering,” ucapnya.
Selain itu, lanjutnya, jagung tersebut juga lebih tahan cekaman kekurangan maupun kelebihan air. “Hujan maupun kering tetap bagus. Benihnya juga lebih irit. Biasanya perlu 12 kilogram, Simetal ini cukup 10 kilogram saja untuk sekali tanam,” terangnya.
Masih dari Pasuruan, Sukiswadi memiliki cerita yang tidak jauh berbeda dengan Taqim. Petani dari Desa Wrati, Kejayan itu baru pertama kalinya tanam Simetal, dan mengaku langsung jatuh cinta. Enam belas kilogram benih Simetal sukses ia panen.
“Umur memang lebih pendek, 100 hari sudah bisa dipanen. Yang paling saya suka adalah tanamannya juga kuat di musim hujan. Aman dari busuk batang. Sekilo benih saya bisa dapat lima kuintal lebih pipil kering,” terang Kiswadi.
Menurut Kiswadi, jika sudah kuat di musim hujan, untuk tanam di musim kemarau akan jauh lebih mudah. “Artinya dengan Simetal saya bisa tanam jagung lebih mudah. Aman segala musim. Pokoke Simetal,” imbuhnya. (AT)