Di kuartal pertama tahun 2018 ini, PT BISI International, Tbk. (BISI) kembali merilis satu varietas jagung hibrida baru. BISI 220, itulah nama yang disematkan pada varietas baru tersebut. Banyak kelebihan yang bisa didapat para petani dari jagung super hibrida satu ini.
Namanya memang cukup unik, BISI 220. Tiga angka di belakang tulisan BISI itu tentunya sudah sangat familiar di telinga kita. Iya, angka 220 memang sudah sangat dikenal dan biasa diucap oleh kita yang berada di Indonesia, itulah angka teknis dunia kelistrikan yang menyatakan nilai voltage atau tegangan listrik yang mengalir ke rumah-rumah kita.
Bukannya mau nebeng beken sebenarnya, jika namanya sama dengan istilah ‘tegangan listrik’ itu. Tapi nama BISI 220 dipilih hanya sebagai penanda sekaligus sarana untuk membuat para penggunanya, yaitu para petani, lebih mudah mengingat dan mengenalnya lebih jauh. Dengan semakin mengenal, maka petani akan semakin menyukai dan menjadikannya sebagai pilihan terbaik laksana sepasang sahabat yang baik untuk mewujudkan kesejahteraan.
Tumbuh cepat dan kokoh sejak awal tumbuh
Tanda-tanda kalau varietas ini sangat potensial untuk diminati banyak petani jagung sudah mulai kelihatan sejak awal pertumbuhan. Vigornya bagus. Sejak pertumbuhan awal, BISI 220 sudah menunjukkan keserempakan daya tumbuh yang baik dengan pertumbuhan yang sangat seragam.
Secara psikologis, dengan pertumbuhan yang ciamik sejak awal itu, maka akan mampu memberikan optimisme dan motivasi tersendiri bagi para petani, sekaligus bisa memberikan keyakinan akan hasil yang lebih optimal.
Hal itu seperti yang dirasakan oleh M. Alvin N., petani jagung sekaligus penanam perdana BISI 220 di Desa Sinar Rejeki, Kecamatan Jatiagung, Kabupaten Lampung Selatan. Ia mengaku senang dengan varietas itu sejak awal pertumbuhan. Pertumbuhannya sangat meyakinkan. Batangnya besar, ketahanannya terhadap penyakit bulai bagus, dan performanya semakin tampak bagus setelah diberikan asupan pupuk.
Selama menanam jagung super hibrida BISI 220, kekeringan menjadi kendala utama yang harus dihadapi oleh Alvin. Jagungnya yang ditanam di awal bulan Juni 2018 lalu itu nyaris tidak merasakan guyuran hujan sama sekali. Praktis, kondisi tanamannya sangat kekurangan air. Bahkan, tidak sedikit tanaman jagung milik petani lain yang mengalami puso atau gagal panen akibat kekeringan.
Meski dalam kondisi cekaman kekurangan air seperti itu, BISI 220 ternyata masih mampu bertahan hingga masa panen tiba. Alvin pun merasa senang sekaligus bangga, di saat banyak tanaman jagung lain gagal panen, jagung miliknya itu masih bisa berproduksi optimal.
Tidak rentan mati bujang
Bukan hanya memiliki pertumbuhan yang meyakinkan sejak awal, jagung ini juga unggul dalam hal ketahanannya terhadap serangan penyakit. Salah satunya adalah mati bujang atau mati gadis. Penyakit yang menyerang tanaman jagung pada rentang umur 45-70 hari setelah tanam (HST) tersebut memang menjadi salah satu kendala utama dalam budidaya jagung. Tanaman yang terserang akan mati kering dengan batang yang berair dan mengeluarkan bau yang menyengat akibat dari aktifitas bakteri yang menginfeksi tanaman.
Wahyudi, petani penanam jagung BISI 220 di Desa Telogorejo, Kecamatan Batanghari, Lampung Timur, membuktikan sendiri ketahanan jagung tersebut dari serangan mati bujang. Menurutnya, tanamannya yang ditanam pada pertengahan Juni 2018 lalu itu sama sekali tidak ada yang terserang penyakit tersebut, terutama di usia-usia kritis, 45-70 HST.
Upaya pencegahan menjadi alternatif terbaik dalam menangani penyakit ini. Pasalnya, apabila tanaman sudah terserang tidak bisa dipulihkan kembali, dan sebaiknya tanaman tersebut dicabut dan dimusnahkan agar tidak menular pada tanaman yang lain.
Ada beberapa cara untuk mencegah infeksi penyakit mati bujang tersebut, salah satunya adalah dengan menggunakan varietas jagung yang tahan. Hampir semua varietas jagung produksi BISI memiliki ketahanan yang sangat bagus dari serangan penyakit tersebut.
Selain itu, sanitasi lingkungan tanam juga penting untuk mencegah munculnya penyakit tersebut. Dengan menjaga kebersihan dan aerasi yang baik di sekitar lingkungan tumbuh tanaman, maka akan menciptakan iklim mikro yang kondusif bagi tanaman dan tidak disukai atau tidak sesuai untuk perkembangbiakan bakteri. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaiki jarak tanam yang tidak terlalu rapat.
Olah tanah sempurna juga bisa mencegah penyebaran bakteri penyebab mati bujang. Hanya saja, pasca olah tanah sempurna tersebut, lahan sebaiknya tidak langsung ditanami, tapi dibiarkan dulu selama 10-15 hari untuk mendapatkan penyinaran penuh cahaya matahari. Hal itu dilakukan agar bakteri yang ada di lahan mati dan tidak mampu berkembang biak.
Nyolong pethek
Penanaman perdana BISI 220 di Lampung umumnya dilakukan di awal musim kemarau, yaitu sekitar bulan Mei hingga Juni 2018. Sehingga kekurangan air menjadi faktor pembatas utama bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ditanam dalam kondisi kekeringan, BISI 220 memang belum menunjukkan performa terbaiknya secara optimal, tapi hitungan rendemen hasil panennya membuat para petani lainnya terkagum-kagum. Rendemennya lebih tinggi dari varietas jagung lain
Pada temu lapang BISI 220 yang dilaksanakan di lahan milik Alvin di Desa Rejeki, Kecamatan Jatiagung, Lampung Selatan (5/9/2018), uji rendemen hasil panenan jagung tersebut dilakukan. Dari 5 tongkol BISI 220, berat gelondongnya sekitar 1,3 kg, dan setelah dipipil berat bijinya saja (tanpa klobot) mencapai 1,1 kg. Sehingga prosentase rendemennya mencapai 84,6%.
Dengan kondisi tongkol BISI 220 yang boleh dibilang biasa-biasa saja, rendemen yang mencapai 84,6% itu membuat para peserta temu lapang berdecak kagum, dan serentak mereka mengatakan, “BISI 220 nyolong pethek” atau dalam bahasa Indonesia artinya “membuat orang salah perkiraan”. Nilai rendemen itu jauh di atas prediksi mereka.
Dari pengamatan performa BISI 220 dari awal tanam hingga panen di semua area penanaman dalam rentang waktu yang sama, dapat disimpulkan bahwa varietas baru ini memiliki sejumlah keunggulan, antara lain: ketahanan yang sangat baik terhadap serangan penyakit bulai dan mati gadis, tanaman tumbuh subur dan serempak sejak awal pertumbuhan, tahan kekeringan, stabilitas produksi yang baik, dan rendemen yang sangat tinggi.
Dengan banyak keunggulan tersebut, maka kini telah hadir satu lagi sahabat terbaik bagi para petani untuk meningkatkan pendapatan sekaligus mewujudkan kesejahteraan yang lebih baik. Sahabat baru yang baik itu adalah BISI 220.
Haris Sukamto (Market Development Field Crop Division Area Sumatera Bagian Selatan)